Monday, August 18, 2008

Objektivitas Hidup

Kalo diliat-liat secara cukup (atau agak ya?) objektif, ternyata hidupku gak kacau-kacau amat.
Walaupun aku akui masih banyak sekali (sebenernya siy, buaaaannnnyyyyyuuuuuaaaaakkk banget) yang masih perlu aku 'sentuh', tapi yang aku lakukan cukup hebat juga! Hihihi.. muji diri sendiri.
Misalnya nih:
1. Fakta, aku kerja full time dari Senin sampai Jumat, mulai jam 8.30 pagi sampai jam 5.30 sore. Ini jam kerja aslinya lho.. tapi seringnya siy jam 8.30 sampai jam 6 atau 7 malam.
2. Fakta, setiap hari aku masih bisa mengantarkan dua anakku ke sekolahnya masing-masing. Dua minggu ini cuma satu yang mesti diantar karena kakak lagi masuk siang terus.
3. Fakta, aku punya bisnis yang mesti aku kerjain sendiri juga hampir tiap hari. At least 2-3 kali per minggu, itu kudu mesti harus!
4. Fakta, saat weekend aku masih punya waktu buat ngurusin dua malaikat kecil itu, plus bikinin mereka & suami sarapan. Jalan-jalan atau ngapain sama-sama.
5. Di luar itu, aku masih bisa menemani anakku latihan buat konsernya minggu depan, ngajarin ngaji dan solat di waktu luang, ngajarin pelajaran sekolah juga walaupun belum bisa kontinu, main tiap kali pulang kantor dan mereka belum tidur, aku juga ikutan Toastmaster dua minggu sekali, masih belajar tiap hari untuk self development ku via kaset, kemarin masih nyiapin makanan untuk acara RT, nyobain resep baru, kumpul ma temen-temen sekali-sekali, kadang masih ada waktu pacaran sama suami (yang ini sumpah sekarang dah jaaaarrrrraaaanggg banget, karena kantornya punya filsafat, sekali pegawai nyampe di kantor, jangan dibiarin pulang sebelum pingsan!)

So, after all, ternyata waktu ku banyak juga yang bermanfaat. Bukan cuma terbuang percuma..
hehehe... Whaddaya thin'? Hidup mu sendiri gimana? Sharing dong...

Have a nice short week...

Wednesday, August 6, 2008

penculikan anak

duuhhh... ada email tentang penculikan anak lagi.....
kenapa siy orang-orang pada tega menculik anak-anak yang tidak berdosa?
sedih deh...
kuatir juga...
anakku lagi pada ngapain ya??

telpon dulu ya..

Tuesday, April 17, 2007

When My Heart Choose

Kalau cinta sedang memanggilmu, apa yang akan kau lakukan?
Datang kepadanya dengan segenap rasa?
Atau menghindar darinya, karena takut terluka?

Hati memang katanya bukan 2+2 = 4, tapi katanya dengan hati 2+2 bisa jadi 4, bisa juga jadi 8. Atau malah jadi 0. Karena hati bukan sesuatu yang mudah diduga.

"Aku jatuh cinta", itu katanya.
"Ia teman sekantor ku. Lelaki pekerja keras yang tampan. Badannya kurus, kulitnya putih bersih. Wajahnya terlihat amat terang. Pancaran matanya membuatmu ingin terus ada di dekatnya. Ia tidak genit, juga tidak sembarangan memperlakukan orang. Ia baik dan sopan."
Ia mengambil nafas panjang. Menghembuskannya pelan-pelan. Seolah sedang menikmat tiap hembusan oksigen yang keluar dari hidungnya.

"Kami tidak pernah melakukan hal yang memalukan. Baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Kami juga tidak mencari-cari kesempatan untuk berdua-duaan." Ia seolah sedang meyakinkan diriku.

"Tapi entahlah, sepertinya kami tahu bahwa kami saling tertarik satu sama lain. Pertama kali aku melihatnya, aku melihat sosok yang aneh. Kemudian, aku perhatikan bahwa ia amat pendiam. Kemudian kuperhatikan lagi, wajahnya enak dipandang. Tiap kali berada di dekatku, ia menatapku lekat dan hangat. Seolah sedang ingin membaca hati & pikiranku. Membuatku merasa rikuh, tapi sekaligus hangat. Hihihi..." Ia tertawa kecil.

"Sudah lama tidak ada lelaki yang memandangku seperti itu. Tidak juga suamiku." Wajahnya menunduk. Matanya mencari-cari sesuatu. Entah apa..

"Aku tahu ia bukan jenis lelaki yang akan tiba-tiba mengajakku kencan, atau apa lah sejenis itu. Dan aku juga tahu, aku mungkin akan menolak bila itu ia lakukan."

"Hanya satu hal yang aku rasakan, betapa diri ini lemah terhadap godaan. Dan betapa godaan ada dimana-mana. Setan memang tidak akan pernah berhenti menggoda, sampai kita masuk kedalam golongannya. Bukankah begitu kata Al Qur'an?" Ia bertanya padaku. Tanpa meminta jawaban.

"Aku tidak pernah ingin mencarinya bila ia tak ada di kantor. Walaupun aku menikmati kehadirannya. Tapi... tiap kali kuingatkan diriku sendiri, bahwa ini cukup sampai disini. Bahwa ini tidaklah cukup berharga untuk diteruskan lebih jauh. Bahwa aku memiliki tanggung jawab ku terhadap suami, anak-anakku dan Allah ku. Mungkin suamiku tidak akan peduli bila aku menjalin hubungan yang gimanaaaa gitu dengan dia. Mungkin anak-anakku juga tidak akan pernah tahu bahwa bunda nya sedang jatuh cinta dengan pria selain ayahnya. Tapi Allah ku pasti tahu. Dan dia pasti tidak suka. Kalau dia marah, hancurlah hidupku. Karena Dia lah satu-satunya penolongku sejati. Lalu, bagaimana pula aku mesti mempertanggungjawabkan semuanya di akhirat nanti? Aku bukan orang suci, tanpa aku membuat hubungan yang aneh-aneh dengan pria lain pun, sudah banyak dosa yang mesti aku pertanggung jawabkan." Ujarnya sambil tersenyum simpul

"Lagipula, bagaimana kalau nanti istrinya tahu lalu sakit hati? Lalu keluarga mereka berantakan? Aku tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang. Aku tahu bagaimana rasanya rumah tanggaku diacak-acak orang lain dan betapa bencinya aku dengan perempuan yang lemah terhadap godaan seperti itu. Perempuan yang bersedia mempertaruhkan harga diri nya demi mendapatkan cinta yang terlarang. Perempuan yang bersedia mempertaruhkan keluarga nya dan keluarga orang lain demi kegembiraan pribadinya. Aku sungguh membenci orang-orang lemah seperti itu!" Matanya memancarkan cahaya kebencian yang sangat. Aku belum pernah melihatnya semarah ini.

"Tidak!! Aku putuskan untuk tidak melayani hawa nafsuku. Aku putuskan untuk tidak menjadi lemah. Aku kuat! Aku putuskan untuk tidak membuat Rabb ku marah. Aku putuskan untuk terus menerus fokus memperbaiki hubungan ku dengan suamiku dan anak-anakku, karena itulah yang seharusnya aku lakukan. Karena dengan begitu, dosaku mungkin akan diampuni. Karena dengan begitu, mungkin akan kutemukan surga duniaku dan mungkin nanti surga di akhiratku. Aku merasa lebih nikmat berjalan berdua dengan suamiku, menggandeng tangannya, walaupun kadang dia tidak mau hihihi... daripada menggandeng tangan suami orang lain, walaupun dia mau. Walaupun dia yang memulai menggandeng tanganku." Tegas sekali ia bicara. Jujurkah yang ia katakan?

"Mudah-mudahan ya, teman mu ini selalu diberikan petunjuk oleh Allah. Biar gak ngawur hidupnya. Biar berkah semua. Amin..." Ia pun menutup ceritanya.

Amin, semoga Allah selalu menjagamu sahabatku. Karena ia tidak akan pernah meninggalkan hambanya yang patuh, ikhlas dan sabar.

17 April 2007














Monday, February 26, 2007

Bukan Penipu

Dia merasa bukan penipu. Tapi entah kenapa, dia ingin sekali sebisa mungkin, selalu, menyembunyikan identitasnya. Dia punya beberapa alamat e-mail, daftar di banyak milis, gabung di Friendster, yahoo 360, blog, fudei dan entah apa lagi. Semua dengan identitas yang berbeda...

Tetap, dia selalu mengaku sebagai lelaki, karena dia memang lelaki. Tapi identitas lainnya, palsu.. Mulai dari usia, status, alamat rumah, hobi, dan lainnya. Kadang dia tulis usia aslinya, kadang dia tulis 10 tahun lebih muda... Kadang dia tulis dia sudah menikah dan bekerja, lain kali ia katakan "its a secret" atau "its complicated". Entah apa maksudnya, dia sendiri melakukan itu semua otomatis, tanpa ia sadari.

Hari demi hari dilaluinya di dunia maya itu. Ada saja yang harus ia lakukan, entah itu meng-update profile nya, mengisi blog nya, membaca e-mail nya yang segudang, membalas yang perlu, memforward yang menarik pada teman2nya, menghapus spam atau apa aja... Hidupnya berkutat disana...

Ternyata, keseharian yang telah berbulan-bulan ia lakukan itu, telah demikian merasuk ke dalam hati dan pikirannya. Sungguh melelahkan berganti dari satu identitas ke identitas yang lain manakala ia sedang menjawab e-mail atau postingan yang masuk untuknya. Di e-mail yang ini dia mengaku bujangan dan harus menanggapi para gadis-gadis termasuk para perawan tua yang mengajaknya berkenalan. Di e-mail yang lain dia menanggapi para ibu yang menganggapnya ayah yang amat peduli dengan kesehatan anak karena ia sering menanggapi di sebuah milis kesehatan. Di friendster, teman-temannya juga mengajaknya bicara, dan di ... serta di... UAAAAAHHHHHH!!!!!!!!!!

Kini, matanya hanya menatap ke depan. Pancaran matanya tak bersinar. Kosong.... Rupanya chip di dalam otaknya mengalami error, saking terlalu sering dipaksa berbohong. Eh, aku kan tidak berbohong! kilahnya. Aku hanya tidak mengatakan yang sebenarnya..

Apapun itu, tapi ternyata dirinya sendiri atau mungkin Tuhannya sedang mengujinya. Mampukah ia lulus dari ujian yang telah ia tetapkan untuk dirinya sendiri???

Wednesday, February 7, 2007

Waktu Menunggu Yang Manis

"Menunggu itu waktu yang paling menjengkelkan" aku tadinya selalu setuju dengan ungkapan itu. Tapi kalau menunggu ditemani dua malaikat yang manis-manis?

Hehehehe... ini ceritanya.

Hari itu, sehabis sebuah perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, akhirnya tibalah aku di rumah. Rasa rindu karena sekian hari tidak di rumah, rasanya membludak, ingin bertemu anak-anak ku yang manis dan cantik. Merasakan pelukan mereka, mendengar sapaan "mamaaaa...." Wuih! rasanya sudah cukup membayar semua rasa letih.

Letih karena berlari-lari dari satu counter ke counter yang lain, mengejar pesawat yang sudah siap untuk terbang, belum lagi menghadapi mbak Customer Service yang menjalankan tugasnya penuh ketegasan "gak bisa bu, pesawat sudah mau berangkat. Meja ini sudah tutup 45 menit yang lalu, sesuai ketentuan". Ahhh... betapa lega rasanya ketika seorang Ground Crew bersedia membantu memproses boarding ku dan memastikan pesawat akan menungguku, walaupun dia wanti-wanti supaya aku bergegas berlari...

Sambil berlari menuju Gate aku melewati toko penjual oleh-oleh, dan teringat, ya ampun, aku janji bawa oleh-oleh untuk Kakak! Dan sekarang dah gak mungkin mampir! Dalam hati aku berjanji untuk mampir sebentar entah dimana di Jakarta sebelum ke rumah, untuk membeli sesuatu sebagai buah tangan untuk anak sulungku.

Tiba di Jakarta, langsung menuju bis bandara yang akan melewati rumahku. Aku pikir, dalam 30 - 45 menit aku pasti sudah sampai rumah. Masih punya waktu cari oleh-oleh, pikirku...
Tetapi oh tetapi.... baru 45 menit kemudian sang bis yang merupakan curahan harapanku agar tiba di rumah dengan murah dan cepat, baru berangkat dari bandara. Aku lupa sama sekali, bahwa tugasnya bukan hanya melayani penumpang di terminalku, tapi juga di terminal-terminal lainnya. Maka sore itu, aku memperoleh tour de airport gretong! alias gratis, sodara-sodare....

Azan maghrib sedang melantun ketika aku tiba di rumah, si sulung sedang sibuk entah ngapain di belakang. Sementara si adik asyik utak atik mainan di depan teve. Tidak ada yang peduli dengan kedatanganku... Tumben, pikirku. "Assalamu'alaikum... kakak, adik".
"Wa'alaikum salam..." sambut si sulung, tapi tidak beranjak dari tempatnya hehehe...
"Wah, mamanya gak disambut nih? Pergi lagi aaahhh....."
"Aaaaa.. jangan.... mamaaaa......" akhirnya si sulung tersenyum lebar, membuka tangannya memeluk diriku. Emh, hangat.
Si bungsu tak mau kalah "mama....." juga memelukku dengan tangannya yang, aduh, imut-imutttzzz....

Sebelum ditanya "mana oleh-olehnya?" aku segera jelaskan pada si sulung, "tadi mama gak sempet beli oleh-oleh, kita beli disini aja ya? Kakak mau apa?" Segera setelah solat maghrib, kami masuk ke mobil, tanpa aku sempat ganti baju, apa lagi mandi. Besok kakak mesti sekolah, maka kami harus segera tiba di rumah lagi, cuma itu yang aku pikirkan. Aku benci jika harus mengecewakan mereka, harta berhargaku, gara-gara tidak memenuhi janji yang sebenernya sepele. Biarlah aku agak bau sedikit, yang penting anak2 senang.. Toh, bau nya kan bau pesawattt... huahahahaha....

Lho?! Jalanan kok macet ya? AC mobil juga kok gak dingin? Aneh!

Setibanya di Mall, aku mendengar bunyi yang agak aneh. "Ups! Jangan-jangan ban ku kempes lagi kayak waktu itu? Mati deh!" Aku minta tolong seorang satpam untuk melihat ban ku sementara aku mengambil karcis parkir, "Gak papa kok, bu." ujarnya, menenangkan hatiku.
Emh, ini parkir penuh semua ya... valet parking juga gak mau terima lagi. Yaaa... mesti nyari sendiri duonk.... muales buenerrrr.

Terpaksa masuk juga ke lorong parkir, tempat yang bukan favorit aku kalo ke Mall. Sebel!! Muter-muter gak kemana-mana, cuma buat nyari tempat nitipin mobil. Mendingan valet toh, 2 menit, beres.... Tenaga nya bisa dipake buat yang laen... Misalnya, menjelajahi hingga toko di ujung mall itu, kan biasanya muter-muter di tengah aja dah capek bo! Hihihihi....

Eh, bentar deh, kok ada asap ya di samping kaca spionku. Apaan tuh? Huaaaa.... mobilku berasap... Aduuuuhhh... gimana nih??? Minta tolong ma siapa nih??? Aduh... Aduh....!!!

Tenaaang... jangan panik. Tenang. Kasian anak-anak. Jangan sampai mereka panik. Waduh, pantesan ini temperature indicator kok tinggi sekali. Rupanya.... Sekarang, yang penting cari tempat untuk berhenti dulu, biar bisa dimati-in mesinnya. Iya, bener. Cari tempat berhenti dulu.

Emh, pak, ayo dong maju... Mau keluar ato gimana sih? Halah.. cari parkir aja susyahnya minta ampun.... Kalo aku tetep antri parkir gini bahaya gak ya mobilnya? Bisa nambah panas? Trus mobilnya kebakar ya? Hiiiiyyyy..... kalo mobilku kebakaran disini gimana dong? Trus mobil orang lain ikutan kebakaran juga?!! Wuaduuuuhhhh!!!!! Panic mode, on.

Aku matikan AC, matikan mesin sebentar. Antrian tidak beranjak. We're stuck man! Kakak mulai complain kepanasan. Jendela terpaksa aku buka, asap knalpot mobil orang lain jadi masuk. Gak nyaman benerrr.

"Ma, panas nih. Kita mau parkir dimana sih?" Lha, ini anak, gak liat antrian sepanjang itu apa ya? Tapi, sutralah, berarti dia tidak merasakan kepanikan aku, bagus kan? "Iya kak, mama mau keluar dari sini, tuh lihat ada asap dari mobil, makanya AC nya mama mati-in dulu".

Alhamdulillah... kami keluar juga dari lorong parkir gelap dan sumpek itu! Cari parkir di luar aja.

Duh, gak dapat juga! Valet masih nolak juga. Temperatur mobil masih tinggi. Asap masih keluar. Sutralah, aku pulang aja! I'll take my chances...

Begitu keluar Mall, lihat pinggir jalan, ternyata banyak juga yang parkir. Nha, disini aja deh! Aaaahh... parkir juga akhirnya. Sekarang, apa yang mesti aku lakukan ya? O iya, kan ada Garda Siaga? Hehehehe... untung... untung... Gak kebayang bakalan aku yang nelpon. Biasanya suami nih yang ngurusin beginian... Sekarang dia lagi nun jauh disana, yah, mau gimana lagi???

"Ditunggu sebentar ya bu, petugas kami akan segera menuju kesana." kata bung Garda Siaga. Lega banget rasanya. Sambil nunggu, aku coba-coba mau buka kap mesin. Pingin tahu aja, apa sih yang terjadi di dalam situ? Emmmhh... emmmhhh... Gimana nih? Kok nggak ngebuka juga? Jari-jariku kotor. Aku lupa, aku belum tau cara buka kap mesin. Pelajarannya belum nyampe situ, baru nyetir aja.. hehehe...
Karena petugas belum datang juga, kakak setuju kami sambil cari "oleh-oleh mama yang tertunda" dulu. Kami seberangi jalan, dan masuklah kami ke Mall. Mata si sulung langsung bersinar, sebagian karena terkena lampu Mall yang terang benderang, sebagian lagi karena excitementnya. Yang ini emang Mall Lover. Pokoknya, Mall tuh tempatnya deh! Rumah keduanya... Sapa tuh yang ngajarin????

Pantas... parkirnya penuh, lha wong dalam Mall nya juga sesek je'. Ada acara apa sih? Halah, gak sempet ngeliat-ngeliat, jagain dua anak ini biar gak terlepas dah cukup menyibukkan aku.

Putar puter sebentar, akhirnya kami memilih Krispy Kreme Doughnut. Ini sebenernya pilihan mama or pilihan si sulung ya? Gak jelas! Hihihi.... Kalo ade kan pasrah aja, blum diberi kesempatan untuk milih.

Walah, selusin donat aja harganya muahal banget! Ini sama dengan penghasilan seorang pemulung selama 3 hari kayaknya. Atau malah penghasilan dia seminggu ya? Boleh dicancell gak ya? Gak tega deh makannya....

Dapat 2 balon..! Nha, kalo ini bagiannya si adik kecil. The baloon lover, ever! Mau balon keciiill, sedang, besarrr, sampai balon promo yang diatap-atap gedung, semua dia suka. Semuanya mau dibawa pulang. Dari yang bentuknya bulat biasa, sampai bentuk kelinci, ayam, kotak, persegi, semua dia mau.

Kayaknya mesti cepet-cepet balik ke mobil nih?! Takut petugas asuransi dah nyampe, ntar kami gak ada, dia keburu pulang lagi... Tiba-tiba, "ade turun.." lalu ia melepaskan pelukannya dariku dan mendorong kakinya turun. Lha, si kecil mau kemana?

Oooohh rupanya dia lihat Doll vending machine.... Emang bagus yaa. Mana bonekanya besar banget. Pas dengan karakter yang sedang dia suka lagi. Tapi siapa juga yang mau mainin, lagi pula, ooohhh petugas asuransi ku.... mudah-mudahan dia belum datang ya. Tiba-tiba rasa panik itu muncul lagi.

Berjalan di sela-sela kerumunan orang, membuatku sulit juga untuk mengingat kemana arah pintu masuk kami tadi. "Wah, kita lewat mana ya, Kak?" "Tadi kita lewat sini, Ma." "Masa sih?" "Iya, bener" Ternyata sulungku sudah pandai mengingat rute. Ini harus dipuji. "Wah, Kakak hebat ya? Dah hebat cari jalan. Pasti gara-gara sering nonton Dora nih?" (Lho, gimana sih mamanya, kok malah meng-encourage anaknya untuk nonton teve terus?! Ancur banget!) Si sulung tersenyum lebar, senang.
Setibanya kembali di tempat parkir, belum terlihat tanda-tanda petugas asuransi yang muncul. Rasa gelisah pun hadir...
Tak lama setelah anak-anak masuk ke mobil, sebuah mobil derek dengan warna kuning biru menyolok parkir tidak jauh. Ah, itu dia petugasnya. "Malam bu, kenapa mobilnya?".
Perkiraan pertama adalah, kurang air radiator. Mereka tambahkan air, ternyata memang kurang.... banyak. Ketauan, selama ini cuma taunya pake mobil, tapi gak ngerawat hihihi... Sudah ditambah air, ternyata masih ada juga masalah, periksa lagi ini-nya & itu-nya. Lumayan lama yaa... "Bu, kemungkinan terburuk, mobil ibu harus kami derek. Takut suhunya naik terus. Kami antar ke rumah aja, besok diperiksa lagi ya bu. Tapi, ini kami periksa dulu blowernya."
Haa.. diderek? Wah, bagus juga tuh buat jadi cerita lucu masa kecil anak-anakku! Aku tersenyum menyapa si sulung, "Kak, kita nanti di derek, pake mobil yang gede itu. Asik ya?" si kakak cuma membuka mulutnya, lalu mendorong kepalanya dengan meletakkan telapak tangannya ke kening. Seolah berkata Please deh!
Terus terang, rada ngeri juga memikirkan mobilku rusak sementara suami lagi bertugas jauh disana. Gimana betulinnya ya? Trus kalo mobilnya gak bisa dibawa ke bengkel, masa minta di derek lagi? Yang boneng aja neng...
Waktu rasanya berjalan lambat sekali... Malam-malam, di area tidak terlalu aku kenal, mesti menghadapi masalah dengan mobil, berurusan dengan petugas asuransi yang untungnya baik-baik, rasanya tidak pernah terbayangkan. Rasanya saat itu cuma ingin cepat-cepat tiba di rumah, merasa nyaman dan aman lagi.
Tapi ketika aku berpaling ke dalam mobil, aku melihat kedua malaikat kecilku, bidadari-bidadari cantik ku, bermain, bersenda gurau di dalam mobil. Rasanya waktu menunggu sekarang menjadi waktu yang amaaat berharga untuk dinikmati. Menikmati gurauan mereka, tingkah polah lucu mereka (bernyanyi, menari, nyupir bareng, sampai pura-pura jedutan kepala) sungguh kenikmatan tersendiri yang sering terlewati di hari kerja. Sekarang, di tempat ini, di kondisi yang aku tidak sukai ini, justru aku bisa menyaksikan ini semua. Mereka tidak gelisah.. Mereka tidak berkeluh kesah meski harus menunggu lama.. Mereka tetap bisa bercanda.. Mereka menikmati apa yang ada, meskipun pasti mereka juga merasa asing dengan keadaan sekelilingnya.. Mereka tidak terganggu dengan kehadiran orang-orang asing di sekeliling mereka.. Tingkah laku mereka biasa saja, seolah mereka sedang berada di rumah sekarang, di dalam kamar tempat mereka biasa bercanda sebelum tidur.
Ya Allah... terimakasih kau anugerahkan mereka kepada kami. Sungguh, kehadiran mereka adalah penyejuk hati. Penenteram jiwa. Pembawa kebahagiaan yang belum pernah kami nikmati sebelumnya. Cinta mereka sebesar cinta Mu kepada kami, kesabaran mereka lebih besar daripada kesabaran kami.
Terimakasih ya Allah... atas semua yang terjadi malam ini. Sehingga aku bisa melihat, satu lagi nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada kami.

Friday, January 26, 2007

Another day...

A day just passed away.. everybody knows it will never return, no matter how much you want it, how hard you try.. It has passed.

Coba kulihat, apa ya yang sudah aku capai hari ini? Apa saja yang sudah aku lakukan? Hmmm... sudahkah aku bertegur sapa dengan orang-orang terkasih hari ini? Suami dan anak-anak. Sudahkah aku tunjukkan rasa sayangku pada mereka hari ini? Emmmhh..... sepertinya sudah yaaa... Walaupun harusnya bisa lebih baik lagi... Sudahkah aku bilang terima kasih pada Allah SWT hari ini? Yup! Sudah, Insya Allah. Sudahkah aku jadi karyawan yang baik hari ini? Aku selesaikan tugas-tugasku... Sudahkah aku jadi teman yang menyenangkan hari ini? Wah, yang ini mesti temen ku yang jawab yaaa...

Tapiii, ada sesuatu yang rasanya kurang. Ada satu hal penting yang aku miss. I have not done important things for my dreams yet today....

Aaaahhh... menyakitkan rasanya. Menyadari satu hari lagi pergi, tanpa pamit, sedangkan aku masih jalan di tempat.

Memang, dibutuhkan keberanian untuk mengubah hidup. Ada yang bilang, "big steps always start with small steps". Iya ya. Bener juga. Yang penting adalah mengambil langkahnya ituuu.. Nha itu lah yang luput aku kerjakan hari ini.

Rasanya waktu sedang tidak berpihak padaku beberapa waktu belakangan ini. Atau aku yang telah dengan rela menjadi budak waktu? Bukan memilih untuk jadi tuan dari sang waktu? Atau mungkin ini cuma masalah peletakkan prioritas yang kurang tepat? Aaaahhh.... pusing kepalaku.... perenungan ini membuat hatiku makin sakit karena tidak mendekatkan aku pada impianku... Yang penting tindakan... yang penting adalah berbuat sesuatu...

Perenungan penting, untuk menjernihkan hati, menentukan tujuan, membuat rencana. Tapi perenungan tidak akan membawa kita kemana-mana tanpa tindakan.

Sekarang, bagaimana aku harus mulai?

Memulai berarti melakukan sesuatu yang berbeda... Keluar dari comfort zone-ku. Rasanya beraaattt. Tampaknya prioritas yang aku pilih belakangan ini sudah benar, walaupun tidak membawaku lebih dekat lagi dengan impianku. Tapi, at the end of the day selalu ada perasaan tidak nyaman yang menelusup. Perasaan bersalah yang timbul tenggelam karena merasa telah melupakan hal yang penting.

Emmmhhh... bener kan? Merubah hidup membutuhkan keberanian. Keberanian untuk memutuskan dan kemudian menikmati prosesnya, termasuk segala resiko yang mungkin muncul. Ternyata itulah yang saat ini aku kehilangan.. Aku kehilangan keberanian untuk menerima resiko.

Satu tahun belakangan ini telah menjungkir balikkan seluruh sendi kehidupanku. Banyak keberhasilan yang aku raih. Subhanallah... Keberhasilan yang tidak pernah mampu kujanjikan pada diri sendiri. Allah Swt benar-benar mengujiku dengan segala kemudahan. Namun, di sisi lain, ada guncangan hebat. Guncangan yang tidak pernah aku perkirakan datangnya, sama dengan kemudahan itu. Guncangan maha dahsyat yang memporak-porandakan seluruh kepercayaan ku. Pada orang lain, dan pada diri sendiri. Masya Allah... luar biasa cobaan ini untuk ku.

Terseok-seok aku mencoba bangun. Lalu jatuh lagi... Mencoba lagi... dan jatuh lagi... Entah berapa galon air mata yang tumpah. Entah berapa paku yang telah menusuk hatiku... Entah berapa sumpah serapah yang rasanya ingin aku luapkan pada dunia... Entah berapa kali aku ingin berteriak lepas.... Entah berapa ratus doa & pujian yang aku lantunkan hanya padaNya penolongku yang sejati. Hanya untuk melepaskan beban berat ini....

Sekarang aku mencoba bangkit lagi. Berusaha mencapai impian-impianku lagi... Impian-impian yang aku bangun di sekeliling orang-orang terkasih. Impian-impian yang akan membawa kami ke dimensi yang berbeda, Insya Allah.

Tapi ternyata, aku masih belum menemukan keberanianku lagi... Keberanian untuk mengambil resiko lagi...

Tahukah kamu dimana kita bisa membeli keberanian? Tolong ya, aku ingin pergi kesana... Aku membutuhkannya... desperately....

Thursday, January 25, 2007

FEAR

I recently read a book, it is not important to disclose the title as you will never find the book everywhere since it's limited for certain groups.

Anyway, the book said:
Research shows that our our fear and worries
87% never come to real
7% come to real
6% you have a role on the result.

So it means most of our fear and worries will never be real. In other words, it would be impossible for us to avoid from a few, tiny little, fear feelings which finally become real . Do you remember that as Moslem we have to believe in Qadha and Qadhar? There it is.... Qadha and Qadhar of our life. Somethings that we have no control against the result. Then, what's the benefit of nurturing fear and worries?

The book also said that FEAR is : False Evidence Appearing Real

We have these imagination of things. What we afraid, worries, fear of... Most of them are illogical, yet we keep this imagination for only God knows why.

The Chinese say, "never cross a bridge until you see one"
The French (or Spanish?) say, "que sera sera" whatever will be will be

And we Moslems say, Rabbanaa aatinaa fiddunia hasanah.. wa fil akhirati hasanah.. waqqina adzaa bannaar...